Selasa, 24 April 2012

Kumpulan foto Pemeriksaan Golongan Darah dan Gula Darah

Swara Nightingale

Pelatihan bagi anggota muda tentang pemeriksaan fisik. Dilihat dari foto-foto dibawah ini merupakan pelatihan cara pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan gula darah.




admin : 089

Kumpulan foto Ca-ang angkatan IX tahun 2009

Swara Nightingale

Foto-foto caang angkatan IX tahun 2009 yang mana sekarang sudah menjadi anggota penuh dan sebentar lagi insyaallah akan menjadi anggota luar biasa serta kelulusan menjadi S.Kep.... amiiiiiiin



admin: 089

Kumpulan foto Forkompa

Swara Nightingale




admin :089

kumpulan foto-foto buka puasa bersama tahun 2011

Swara Nightingale

Acara buka puasa bersama di kampus PSIK UNAND









admin: 089

Kamis, 19 April 2012

Makna Hari Bumi

Earth Day
"Message of Our Earth On Earth’s Day"



Tahukah teman-teman semua bahwa Bumi kita ini juga mempunyai hari peringatan khusus? Dan kapankah itu? 

Earth Day atau Hari Bumi yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 22 April, merupakan hari jadi lahirnya sebuah gerakan kepedulian terhadap lingkungan, terhadap kelangsungan hidup di muka bumi ini. Ini menjadi sebuah "alarm" bagi seluruh manusia tentang seberapa besarkah kesadaran, kepedulian, dan apresiasi manusia terhadap planet Bumi yang ditempati oleh berbagai makhluk hidup. 22 April 2012 mendatang merupakan Hari Bumi yang Ke 42 sejak peringatan Hari Bumi pertama pada tahun 1970.


Hari Bumi yang diperingati secara Internasional di seluruh negara dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat dari  Wisconsin, Gaylord Nelson. Tanggal tersebut bertepatan dengan musim semi di belahan Bumi utara dan musim gugur di belahan Bumi selatan. Saat itu ia melakukan protes secara nasional terhadap kalangan politik terkait permasalahan lingkungan. Ia mendesak agar isu-isu tersebut dimasukkan dalam agenda nasional. Perjuangan Gaylord Nelson dimulai sekitar lebih dari 7 tahun sebelum Hari Bumi pertama. Sejak saat itu, tanggal 22 April setiap tahunnya diperingatilah Hari Bumi atau Earth Day. Sedangkan PBB memilih tanggal 20 Maret sebagai peringatan Hari Bumi. Hal tersebut mengacu pada ide “hari bagi orang-orang Bumi” pada tahun 1969 yang dicetuskan oleh seorang aktivis perdamaian, John McConnell. Hari yang lebih dikenal dengan “The Equinox Earth Day” ini bertepatan dengan posisi matahari yang tepat berada di atas garis khatulistiwa, dan diproklamirkan oleh Joseph Alioto, Walikota San Francisco, Amerika Serikat, pada tanggal 21 Maret 1970. Namun PBB juga tetap mengakui bahwa tanggal 22 April sebagai Hari Bumi yang dilaksanakan secara global. PBB secara resmi merayakannya sebagai International Mother Earth Day”.


Dari tahun ke tahun, partisipasi setiap negara untuk merayakan hari bumi semakin meningkat. Namun, bagaimanakah partisipasi kita sendiri? Hari Bumi berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup, karena semakin lama bumi kita ini semakin tua. Efek yang terjadi karena ulah manusia sudah sangat terasa. 

Pemanasan global meningkat, lahan hutan menyempit, perkembangan teknologi,dan lain sebagainya, menyebabkan semakin rusaknya lingkungan yang kita tempati ini. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk Bumi kita ini, asalkan kita mau meluangkan waktu. Mengurangi penggunaan plastik, membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon, hemat air dan hemat energi, merupakan hal sederhana yang dapat kita lakukan. Program Earth Hour, yaitu mematikan lampu selama 1 jam (20.30-21.30), dapat menjadi aksi sederhana kita dalam mencintai Bumi.



Oleh karena itu, selain merayakan Hari Bumi, lakukan segala hal untuk menyelamatkan Bumi ini dari kehancuran. Seperti peringatan Global Warming, Go Green, dan gerakan peduli lingkungan lainnya.
Untuk mencintai Bumi tidaklah hanya pada tanggal 22 April atau pada saat Hari Bumi saja. Namun, setiap hari pun kita harus selalu peduli dengan lingkungan, mulai dari di sekitar rumah, kantor atau tempat bekerja, juga di tempat umum. Karena hanya dengan kepedulian manusia lah, kondisi Bumi dapat terjaga dengan baik.

"Lakukanlah walau cuma sedikit, karena itu berarti banyak bagi Bumi kita"

Salam Lestari !
by: 088

Selasa, 17 April 2012

Penyeberangan Kering

Swara Nightingale


Penyeberangan kering dapat dilakukan dengan menggunakan rakit atau perahu dan menggunakan tali. Jika sungai yang akan diseberangi terlalu lebar, cara yang paling aman untuk menyeberangi sungai adalah menggunakan rakit atau perahu. Cara berikutnya adalah dengan menggunakan rentangan tali dimana cara ini digunakan jika sungai yang di seberangi terdapat pada celah sempit dan dalam. Walau cara ini jarang dipakai dalam suatu perjalanan ada baiknya untuk di pelajari.Penyeberangan dengan satu rentangan tali
Pada prinsipnya pemasangan dan simpul-simpul yang dipakai seperti biasa, dengan catatan tali itu tegang dan kuat. Cara menyeberang dapat dilakukan dengan merayap diatas tali atau menggantung pada tali, tali tubuh di hubungkan pada tali penyeberangan dengan menggunakan carabiner.Penyeberangan dengan dua rentangan tali
Dengan dua rentangan tali akan lebih mudahkan kita bergerak, karena kita bisa berjalan pada salah satu tali dan berpegangan pada tali lainnya. Posisi tali tidak terhimpit, tetapi letaknya berjarak sekitar satu meter, satu diatas dan satu dibawah sehingga memudahkan kita berjalan ditali.
Seberangilah sungai dengan berhati-hati, meskipun menurut perkiraan bahwa sungai tersebut tidak membahayakan. Amati juga cuaca, ada kemungkinan anda harus menginap sambil menunggu air surut.
 
Bagaimanapun juga safety tetap diutamakan, apabila belum mampu melakukan sendiri tehnik tersebut sebaiknya didampingi orang yang ahli.

admin: 089

Penyeberangan basah

Swara Nightingale



Penyeberangan basah dapat dilakukan dengan beberapa teknik yang salah satunya adalah renang survival. Dasar dari renang adalah kemampuan dan kelincahan kita bermain di air, dengan ditunjang oleh pengetahuan tentang sifat air. Dalam renang survival ini kita dapat menggunakan alat yang selalu kita bawa dalam suatu perjalanan atau penjelajahan seperti ponco atau jerigen dan botol air minum.

Ponco
Ponco yang kita kenal sebagai pelindung di waktu hujan, ternyata banyak sekali kegunaanya karena memang direncanakan untuk itu. Salah satu kegunaan ponco pada renang survival adalah sebagai alat pelampung yang dapat dibuat dengan cara mengisi ponco dengan rumput kering, alang-alang atau ranting, dibentuk seperti sebuah bantal kemudian diikat dengan tali. Usahakan mengikat tali serapi mungkin sehingga tidak ada celah yang dapat dimasuki air. Dengan bahan yang baik dan ikatan tali yang rapi akan menghasilkan pelampung yang baik dan tahan lama mengambang di air.
Pada penyeberangan dengan ponco di sungai berarus sedang, kita harus selalu mengusahakan agar posisi ponco tetap mengarah serong ke hilir, supaya kita dapat memanfaatkan arus sungai. Tetapi jangan sampai melepaskan atau menaiki pelampung ini, karena sifatnya hanya sebagai tumpuan sementara, jadi berat badan kita tidak sepenuhnya ditumpukan pada pelampung tersebut.

Jerigen dan botol air minum

Seperti halnya pelampung dari ponco, maka kita juga dapat membuat pelampung dari beberapa buah jerigen dan botol yang biasanya sebagai tempat wadah air minum. Cara membuat pelampung dengan jerigen kecil tidak diikat menjadi satu melainkan di pisah menjadi dua. Jerigen yang satu dihubungkan dengan jerigen yang kedua menggunakan tali, yang gunanya untuk berpegangan sementara untuk jerigen besar (20liter) dapat dibuat sejenis rakit kecil. Jerigen ini diatur telentang dan ujungnya diikat menjadi satu dengan yang lain.

admin: 089

Manfaat Donor Darah bagi Tubuh

Swara Nightingale



Donor darah merupakan salah satu bentuk tindakan sosial yang sangat mulia dan tidak mengenal pamrih. Namun sayang, masih sedikit orang yang tergerak hatinya untuk mau menyumbangkan darahnya.

Kebanyakan orang takut mendonorkan darah karena menganggap itu menyakitkan, bisa membuat badan lemah dan rentan terkena penyakit. Padahal, itu tidak lebih hanyalah sebuah anggapan yang keliru.

Untuk menghapus segala bentuk mitos tentang donor darah, konsultan bank darah di Medcity Moolchand New Delhi India Dr Rani Prem Kumar, membantu menjelaskan tentang kebenaran dari donor darah yang sebetulnya memberikan banyak manfaat seperti dikutip Healthmeup berikut ini :


1. Mitos : Donor darah bikin tekanan darah rendah.
Fakta : Namun, banyak orang yang merasa setelah mendonorkan darah membuat mereka merasa lemah. Sekali lagi, ini tidak benar. Kenyataannya bahwa dibutuhkan satu atau dua hari untuk mengisi volume cairan dalam tubuh dan tiga bulan untuk regenerasi sel darah merah agar dapat menyumbangkan lebih banyak darah.

2. Mitos : Beristirahat penuh selama sehari setelah menyumbangkan darah.
Fakta : Anda dapat dengan mudah melanjutkan kegiatan sehari-hari secara rutin setelah menyumbangkan darah, tetapi dengan catatan:

* Cukupi kebutuhan cairan dengan meminum banyak air putih ata jus dalam waktu 24 jam setelah donor darah
* Hindari paparan sinar matahari
* Hindari mengemudi selama 2-3 jam berikutnya
* Hindari merokok selama 4 jam
* Hindari alkohol untuk 24 jam

3. Mitos : Donor Darah adalah suatu prosedur yang menyakitkan.
Fakta : Menyumbangkan darah tidak menyakitkan sama sekali. Kita hanya merasakan sensasi seperti dicubit ketika jarum menusuk lengan.

4. Mitos : Saya tidak harus sering mendonorkan darah, karena itu bisa membuat tubuh saya lemah.
Fakta : Orang yang sehat bisa mendonorkan darah empat kali dalam setahun.

5. Mitos : Donor darah membuat saya merasa stres, sakit kepala parah dan muntah?
Fakta : Donor darah tidak dapat menyebabkan sakit kepala dan muntah jika tekanan darah Anda dalam batas normal sebelum melakukan donor darah.

6. Mitos : Donor menurunkan tingkat kekebalan tubuh.
Fakta : Tingkat kekebalan tubuh Anda tidak terpengaruh hanya karena Anda mendonorkan darah.

7. Mitos: Mendonorkan darah dapat berfluktuasi terhadap tekanan darah dan kadar gula darah.
Fakta: Donor darah tidak akan mempengaruhi tekanan darah dan kadar gula darah. Tetapi, seorang pasien diabetes yang sedang menerima insulin tidak dapat menyumbangkan darahnya.

8. Mitos : Sering donor darah membuat tubuh kekurangan zat besi.
Fakta : Individu yang sehat dengan kebiasaan makan yang baik dapat mendonorkan darah empat kali setahun dengan jarak waktu tiga bulan. Ini tidak akan membuat kandungan zat besi dalam tubuh Anda berkurang.

9. Mitos : Donor darah butuhkan waktu lama.
Fakta : Salah. Prosedur donor darah mulai dari registrasi (pendaftaran) sampai pengambilan darah berlangsung sekitar setengah jam.

10. Mitos: Sering ke rumah sakit untuk menyumbangkan darah menyebabkan infeksi?
Fakta: Tidak benar. Seseorang tidak perlu merasa takut infeksi karena donor darah.

11. Mitos: Anda tidak bisa mendonorkan darah jika sedang mengonsumsi beberapa jenis obat.
Fakta: Ini bukan mitos. Orang yang sedang mengambil beberapa jenis obat tertentu seperti aspirin, antibiotik, anti-hipertensi, steroid, hormon, antikoagulan, tidak bisa mendonorkan darahnya.

12. Mitos : Dapatkah seorang wanita hamil menyumbangkan darah?
Fakta : Tidak, wanita hamil tidak diperbolehkan untuk menyumbangkan darah.

13. Mitos: Dapatkah saya mendonorkan darah, jika saya masih menyusui?
Fakta: Tidak, ibu menyusui sebaiknya tidak mendonorkan darah selama paling sedikit enam minggu setelah melahirkan karena menyumbangkan darah mempengaruhi tingkat cairan di dalam tubuh dan juga dapat mempengaruhi pasokan ASI.

14. Mitos : Dapatkah saya mendonorkan darah, jika sudah mengkonsumsi alkohol sehari sebelumnya?
Fakta : Tidak, tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi alkohol sehari sebelum menyumbangkan darah.

15. Mitos: Dapatkah saya mendonorkan darah, jika saya merokok secara teratur?
Fakta: Ya, tapi Anda harus menjauhkan diri dari paparan asap rokok atau berhenti merokok satu jam sebelum dan setelah donor.

16. Mitos : Donor darah secara teratur dapat menyebabkan obesitas.
Fakta : Menyumbangkan darah tidak mempengaruhi berat badan Anda. Namun, beberapa orang setelah donor darah memang cenderung makan lebih banyak dari biasanya.



admin: 089

Senin, 16 April 2012

Mengenal Tokoh Florence Nightingale

Swara Nightingale

Florence Nightingale lahir tanggal 12 Mei 1820 di Florence, Italia, dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Nama depannya, Florence merujuk kepada kota kelahirannya, Firenze dalam bahasa Italia atau Florence dalam bahasa Inggris. Florence Nightingale memiliki seorang kakak perempuan bernama Parthenope. anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Beliau adalah seorang anak bangsawan Inggris yang kaya, beradab dan bercita-cita tinggi yang bernama William Edward Nightingale.

Semasa kecilnya ia tinggal di Lea Hurst, sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya, William Edward Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London, Inggris. Sementara ibunya adalah keturunan ningrat dan keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Pendidikan didapat dari ayahnya, ia belajar bermacam-macam bahasa yaitu bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan lain-lain. Ia senang memelihara binatang yang sakit, selain itu ia senang bersama ibunya mengunjungi orang miskin yang sakit serta rajin beribadah.

Pada masa remaja mulai terlihat perilaku Florence dan kakaknya yang kontras, Parthenope hidup sesuai dengan martabatnya sebagai putri seorang tuan tanah. Pada masa itu wanita ningrat, kaya, dan berpendidikan aktifitasnya cenderung bersenang-senang saja dan malas, sementara Florence sendiri lebih banyak keluar rumah dan membantu warga sekitar yang membutuhkan. Pada suatu ketika, pada saat Florence berdoa dengan hikmat ia mendengar suara Tuhan bahwa dalam hidupnya menanti sebuah tugas, saat itu usianya tujuh belas tahun. Akhirnya Pada tanggal 7 Februari 1837 dia menulis di buku hariannya tentang pengalamannya itu dengan judul “Tuhan berbicara kepadaku dan memanggilku untuk melayani-Nya. Tetapi pelayanan apa?”


florence nightingale,pelopor keperawatan,Blog Keperawatan

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita bukan karena status sosial keluarganya yang kaya tetapi merasa bersemangat disaat ia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk gubuk sekitar rumah keluarganya serta ia sangat gemar mengunjungi pasien-pasien di berbagai klinik dan rumah sakit.

Sebagai keluarga yang berasal dari kalangan mapan, keinginan Florence untuk berkarier sebagai perawat mendapat tantangan keras. Ibu dan kakaknya sangat keberatan dengan jalur yang hendak ditempuh Florence. Sedangkan ayahnya, meski mendukung kegiatan kemanusiaan yang dilakukan putrinya ini, juga tidak ingin Florence menjadi perawat.

Pada masa itu, pekerjaan sebagai perawat memang dianggap pekerjaan yang hina, alasannya:

  • perawat disamakan dengan wanita tuna susila atau “buntut” (keluarga tentara yang miskin) yang mengikuti ke mana tentara pergi;
  • profesi perawat banyak berhadapan langsung dengan tubuh dalam keadaan terbuka sehingga profesi ini dianggap sebagai profesi yang kurang sopan untuk wanita baik-baik, selain itu banyak pasien memperlakukan wanita yang tidak berpendidikan yang berada di rumah sakit dengan tidak senonoh;
  • perawat di Inggris pada masa itu lebih banyak laki-laki daripada perempuan karena alasan-alasan tersebut di atas;
  • perawat masa itu lebih sering berfungsi sebagai tukang masak.

Namun hasrat Florence adalah tetap menjadi perawat. Ketika berumur 20 tahun ia meminta ijin kepada orang tuanya untuk memasuki rumah sakit dan mempelajari keperawatan, tetapi orang tuanya tetap tidak mengijinkan karena rumah sakit pada saat itu keadaannya sangat memprihatinkan. Walaupun dilarang, semangat Florence untuk menjadi perawat tidak pupus.

Pada suatu saat neneknya sakit, disinilah ia mendapat kesempatan untuk merawatnya sampai neneknya meninggal. Dengan pengalaman tersebut bertambahlah pengalaman Florence dalam merawat orang sakit. Florence berpendapat bahwa ia perlu menuntut ilmu agar dapat menjalankan pekerjaan perawat dengan baik. Pendapatnya yang lain adalah dengan menolong sesama manusia berarti pula mengabdikan diri kepada Tuhan.

Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, “Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?” Dr. Samuel Howe menjawab, “Di Inggris, semua yang tidak biasa dianggap tidak layak. Tetapi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar bagi seorang wanita terhormat bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain.”

Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa, dengan semangat tinggi Florence menanggapi cerita Dr. Howe bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.

Pada bulan Juli 1850, di usianya yang ke-30, akhirnya Florence pergi ke Kaiserworth di Jerman. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.

Tiga tahun kernudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan pemikiran-pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel.

Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte, institusi tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. Di sini ia beragumentasi sengit dengan Komite Rumah Sakit karena mereka menolak pasien yang beragama Katolik. Florence mengancam akan mengundurkan diri, kecuali bila komite ini merubah peraturan tersebut dan memberinya izin tertulis berbunyi; “rumah sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka, termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”

Komite Rumah Sakit pun merubah peraturan tersebut sesuai permintaan Florence.
Ternyata , Florence harus menanti cukup lama hingga ia bisa menjadi seorang perawat, yaitu sekitar lima belas tahun. Waktu yang sedemikian ini belakangan diyakini Florence sebagai kehendak Tuhan yang menyatakan bahwa dirinya harus dipersiapkan terlebih dahulu sebelum terjun sebagai seorang perawat.


Perannya dalam Perang Krimea

Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Krimea dan Konstantinopel (pintu gerbang menuju Timur Tengah). Banyak prajurit yang gugur dalam pertempuran, namun yang lebih menyedihkan lagi adalah tidak adanya perawatan untuk para prajurit yang sakit dan luka-luka.

Keadaan memuncak ketika seorang wartawan bernama William Russel pergi ke Krimea. Dalam tulisannya untuk harian TIME ia menuliskan bagaimana prajurit-prajurit yang luka bergelimpangan di tanah tanpa diberi perawatan sama sekali dan bertanya, “Apakah Inggris tidak memiliki wanita yang mau mengabdikan dirinya dalam melakukan pekerjaan kemanusiaan yang mulia ini?”.

Hati rakyat Inggrispun tergugah oleh tulisan tersebut. Florence merasa masanya telah tiba, ia pun menulis surat kepada menteri perang saat itu, Sidney Herbert, untuk menjadi sukarelawan.

Pada pertemuan dengan Sidney Herbert terungkap bahwa Florence Nightingaleadalah satu-satunya wanita yang mendaftarkan diri. Di Krimea prajurit-prajurit banyak yang mati bukan karena peluru dan bom, namun karena tidak adanya perawatan, dan perawat pria jumlahnya tidak memadai. Ia meminta Florence untuk memimpin gadis-gadis sukarelawan dan Florence menyanggupi.

Sebagai Menteri Perang, Sidney Herbert meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia berangkat bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari Biarawati Katolik Roma, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.

Tiba bulan November 1854 di Barak Selimiye, di Scutari dengan 38 rekan-rekannya, mereka mendarat di sebuah rumah sakit pinggir pantai di Scutari. Saat tiba disana kenyataan yang mereka hadapi lebih mengerikan dari apa yang mereka bayangkan.

Beberapa gadis sukarelawan terguncang jiwanya dan tidak dapat langsung bekerja karena cemas, semua ruangan penuh sesak dengan prajurit-prajurit yang terluka, dan beratus-ratus prajurit bergelimpangan di halaman luar tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang merawat.

Florence melihat para prajurit yang terluka, tidak dirawat dengan baik. Obat-obatan yang minim ditambah dengan tidak diperhatikannya kehigienisan sering membawa akibat yang fatal bagi pasien. Peralatan untuk menyiapkan makanan bagi para pasien pun tidak tersedia.

Selama perang berlangsung, Florence menghadapi tantangan berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer.

Dokter-dokter bekerja cepat pada saat pembedahan, mereka memotong tangan, kaki, dan mengamputasi apa saja yang membahayakan hidup pemiliknya, potongan-potongan tubuh tersebut ditumpuk begitu saja diluar jendela dan tidak ada tenaga untuk membuangnya jauh-jauh ke tempat lain. Bekas tangan dan kaki yang berlumuran darah menggunung menjadi satu dan mengeluarkan bau tak sedap.

Florence diajak mengelilingi neraka tersebut oleh Mayor Prince, dokter kepala rumah sakit tersebut dan menyanggupi untuk membantu.Florence melakukan perubahan-perubahan penting. Ia mengatur tempat-tempat tidur para penderita di dalam rumah sakit, dan menyusun tempat para penderita yang bergelimpangan di luar rumah sakit. Ia mengusahakan agar penderita yang berada di luar paling tidak bernaung di bawah pohon dan menugaskan pendirian tenda.

Penjagaan dilakukan secara teliti, perawatan dilakukan dengan cermat, perban diganti secara berkala, obat diberikan pada waktunya, lantai rumah sakit dipel setiap hari, meja kursi dibersihkan, baju-baju kotor dicuci dengan mengerahkan tenaga bantuan dari penduduk setempat. Akhirnya gunungan potongan tubuh, daging, dan tulang-belulang manusiapun selesai dibersihkan, mereka dibuang jauh-jauh atau ditanam.

Dalam waktu sebulan rumah sakit sudah berubah sama sekali, walaupun baunya belum hilang seluruhnya namun jerit dan rintihan prajurit yang luka sudah jauh berkurang. Para perawat sukarelawan bekerja tanpa kenal lelah hilir-mudik di bawah pengawasan Florence Nightingale.

Ia juga menangani perawat-perawat lain dengan tangan besi, bahkan mengunci mereka dari luar pada malam hari. Ini dilakukan untuk membuktikan pada orang tua mereka di tingkat ekonomi menengah, bahwa dengan disiplin yang keras dan di bawah kepemimpinan kuat seorang wanita, anak-anak mereka bisa dilindungi dari kemungkinan serangan seksual.

Ketakutan akan hal inilah yang membuat ibu-ibu di Inggris menentang anak perempuan mereka menjadi perawat, dan menyebabkan rumah sakit di Inggris ketinggalan dibandingkan di benua Eropa lainnya dimana profesi keperawatan dilakukan oleh biarawati dan biarawati-biarawati ini berada dibawah pengawasan Biarawati Kepala.

Pada malam hari saat perawat lain beristirahat dan memulihkan diri, Florence menuliskan pengalamannya dan cita-citanya tentang dunia keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.

Namun, kerja keras Florence Nightingale membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh banyak pada jumlah kematian prajurit, malah sebaliknya, angka kematian malah meningkat menjadi yang terbanyak dibandingkan rumah sakit lainnya di daerah tersebut. Pada masa musim dingin pertama Florence berada disana sejumlah 4077 prajurit meninggal dirumah sakit tersebut. Sebanyak 10 kali lipat prajurit malah meninggal karena penyakit seperti: tifoid, kolera, dan disentri dibandingkan dengan kematian akibat luka-luka saat perang. Kondisi di rumah sakit tersebut menjadi sangat fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari yang mungkin bisa ditampung, hal ini menyebabkan sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara memburuk.

Pada bulan bulan Maret 1855, hampir enam bulan setelah Florence Nightingale datang, komisi kebersihan Inggris datang dan memperbaiki sistem pembuangan limbah dan sirkulasi udara, sejak saat itu tingkat kematian menurun drastis.

Namun Florence tetap percaya saat itu bahwa tingkat kematian disebabkan oleh nutrisi yang kurang dari suplai makanan dan beratnya beban pekerjaan tentara. Pemikiran ini baru berubah saat Florence kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti dihadapan Komisi Kerajaan untuk Kesehatan Tentara Inggris (Royal Commission on the Health of the Army), akhirnya ia meyakinkan bahwa saat itu para prajurit di rumah sakit meninggal akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan.

Hal ini berpengaruh pada karirnya di kemudian hari dimana ia gigih mengkampanyekan kebersihan lingkungan sebagai hal yang utama. Kampanye ini berhasil dinilai dari turunnya angka kematian prajurit pada saat damai (tidak sedang berperang) dan menunjukkan betapa pentingnya disain sistem pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.
Bidadari Berlampu

Pada suatu kali, saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang bintara datang dan melapor pada Florence bahwa dari kedua belah pihak korban yang berjatuhan banyak sekali.

Florence Nightingale menanti rombongan pertama, namun ternyata jumlahnya sedikit, ia bertanya pada bintara tersebut apa yang terjadi dengan korban lainnya. Bintara tersebut mengatakan bahwa korban selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap. Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarnya ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yang masih bisa diselamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban tersebut bisa mati kehabisan darah. Saat bintara tersebut terlihat enggan mengantarnya, Florence mengancam akan melaporkannya kepada Mayor Prince.

Berangkatlah mereka berenam ke bekas medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita. Florence dengan berbekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa diselamatkan, termasuk prajurit Rusia. Malam itu mereka kembali dengan membawa lima belas prajurit, dua belas prajurit Inggris dan tiga prajurit Rusia.

Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita. Banyak nyawa tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

Selama perang Krimea, Florence Nightingale mendapatkan nama “Bidadari Berlampu”. Pada tahun 1857 Henry Longfellow, seorang penyair AS, menulis puisi tentang Florence Nightingale berjudul “Santa Filomena“, yang melukiskan bagaimana ia menjaga prajurit-prajurit di rumah sakit tentara pada malam hari, sendirian, dengan membawa lampu.

“Pada jam-jam penuh penderitaan itu, datanglah bidadari berlampu untukku”
Pulang ke Inggris

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada tanggal 7 Agustus 1857, semua orang tahu siapa Florence Nightingale dan apa yang ia lakukan ketika ia berada di medan pertempuran Krimea, dan menurut BBC, ia merupakan salah satu tokoh yang paling terkenal setelah Ratu Victoria sendiri. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di Middle Claydon, Buckinghamshire, ke Burlington Hotel di Piccadilly. Namun, ia terkena demam, yang disebabkan oleh Bruselosis (“demam Krimea”) yang menyerangnya selama perang Krimea.
Karir Selanjutnya

Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “Dana Nightingale”, dimana Sidney Herbert menjadi Sekertaris Kehormatan dan Adipati Cambridge menjadi Ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar sekali sejumlah ₤ 45.000 sebagai rasa terima kasih orang-orang Inggris karena Florence Nightingale berhasil menyeamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sebuah sekolah perawat khusus untuk wanita yang pertama, bahkan saat itu perawat-perawat pria jarang ada yang berpendidikan.


Warisan-warisan Florence Nightingale
Salah satu warisan yang sangat berharga dari Florence ialah sistem kesehatan publik. Sistem tersebut menunjukkan keyakinannya akan hukum Tuhan, Sang Pencipta segalanya. Pendekatannya juga menyeluruh. Ia juga menekankan pentingnya kesehatan dan pencegahan penyakit secara konsisten. 

Ia mencetuskan perilaku hidup yang sehat dengan :

  • rumah yang layak huni (sesuatu yang langka di masanya, bahkan bagi mereka yang hidup makmur);
  • air dan udara yang bersih;
  • nutrisi yang baik;
  • kelahiran yang aman (tingkat kematian dalam proses kelahiran maupun pasca kelahiran karena demam);
  • perawatan anak yang benar, yang ditunjukkan dengan tidak satu anak pun yang menjadi pekerja.

Florence berargumen bahwa dengan adanya sekolah perawat, maka profesi perawat akan menjadi lebih dihargai, ibu-ibu dari keluarga baik-baik akan mengijinkan anak-anak perempuannya untuk bersekolah disana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadai seseorang yang terdidik.

Sekolah tersebut pun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Dunia kesehatan menyambut baik pembukaan sekolah perawat tersebut.

Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat. Dengan didirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakkan dasar baru tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia perawatan orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.

Sebagai pimpinan sekolah Florence mengatur sekolah itu dengan sebaik mungkin. Tulisannya mengenai dunia keperawatan dan cara mengaturnya dijadikan bahan pelajaran di sekolah tersebut.Saat tiba waktunya anak-anak didik pertama Florence menamatkan sekolahnya, berpuluh-puluh tenaga pemudi habis diambil oleh rumah sakit sekitar, padahal rumah sakit yang lain banyak meminta bagian.

Perawat lulusan sekolah Florence pertama kali bekerja pada Rumah Sakit Liverpool Workhouse Infirmary. Ia juga berkampanye dan menggalang dana untuk rumah sakit Royal Buckinghamshire di Aylesbury dekat rumah tinggal keluarganya.

Dengan perawat-perawat terdidik, era baru perawatan secara modernpun diterapkan ditempat-tempat tersebut.

Dunia menjadi tergugah dan ingin meniru. Mereka mengirimkan gadis-gadis berbakat untuk dididik di sekolah tersebut dan sesudah tamat mereka diharuskan mendirikan sekolah serupa di negerinya masing-masing.

Pada tahun 1882 perawat-perawat yang lulus dari sekolah Florence telah tumbuh dan mengembangkan pengaruh mereka pada awal-awal pengembangan profesi keperawatan. Beberapa dari mereka telah diangkat menjadi perawat senior (matron), termasuk di rumah sakit-rumah sakit London seperti St. Mary’s Hospital, Westminster Hospital, St Marylebone Workhouse Infirmary dan the Hospital for Incurables (Putney); dan diseluruh Inggris, seperti: Royal Victoria Hospital, Netley; Edinburgh Royal Infirmary; Cumberland Infirmary; Liverpool Royal Infirmary dan juga di Sydney Hospital, di New South Wales, Australia.

Orang sakit menjadi pihak yang paling beruntung di sini, disamping mereka mendapatkan perawatan yang baik dan memuaskan, angka kematian dapat ditekan serendah mungkin. Buku dan buah pikiran Florence Nightingale menjadi sangat bermanfaat dalam hal ini.

Pada tahun 1860 Florence menulis buku Catatan tentang Keperawatan (Notes on Nursing) buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Buku ini juga menjadi populer di kalangan orang awam dan terjual jutaan eksemplar di seluruh dunia.

Pada tahun 1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi.

Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackwell mendirikan Universitas Medis Wanita.

Pada tahun 1870-an, Linda Richards, “perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence Nightingale di Inggris, dan membuat Linda kembali ke Amerika Serikat dengan pelatihan dan pengetahuan memadai untuk mendirikan sekolah perawat. Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika Serikat dan Jepang.

Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria.

Pada tahun 1907 pada umurnya yang ke 87 tahun Raja Inggris, di hadapan beratus-ratus undangan menganugerahkan Florence Nightingale dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.

Pada tahun 1908 ia dianugrahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.
Meninggal Dunia

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal 13 Agustus 1910. Keluarganya menolak untuk memakamkannya di Westminster Abbey, dan ia dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

Demikian tadi sahabat mengenai biografi pelopor keperawatan yaitu Florence Nightingale dan semoga bermanfaat

Referensi : 


http://askep-net.blogspot.com/2012/02/florence-nightingale.html 

* Baly, Monica E. and H. C. G. Matthew, “Nightingale, Florence (1820–1910)”; Oxford Dictionary of National Biography, Oxford University Press (2004); online edn, May 2005 accessed 28 Oct 2006

* Pugh, Martin; The march of the women: A revisionist analysis of the campaign for women’s suffrage 1866-1914, Oxford (2000), at 55.

* Soeroto, A. Florence Nightingale, Bidadari Berlampu. Penerbit Djambatan. Seri “Kisah orang-orang yang telah berjasa”. Cetakan pertama 1974. ISBN 979 428 073 9.

* Sokoloff, Nancy Boyd.; Three Victorian women who changed their world, Macmillan, London (1982)

* Webb, Val; The Making of a Radical Theologician, Chalice Press (2002)

* Woodham Smith, Cecil; Florence Nightingale, Penguin (1951), rev. 1955

* Florence Nightingale Museum. 2003. Florence Nightingale, dalam

http://www.florence-nightingale.co.uk/flo2.htm.

McDonald, Lynn. 2000. Florence Nightingale and the Foundations of Public Health Care, dalam

http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/Public%20Health%20Care/dalpaper.htm.

2005. Florence Nightingale: Faith and Work, dalam

http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/faith.htm.

The Collected Work of Florence Nightingale. 2005. Florence Nightingale at Prayer, dalam

http://www.sociology.uoguelph.ca/fnightingale/spirituality/Nightingale-Prayer.htm.

Wikipedia. 2007a. Florence Nightingale, dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale.

2007b. Florence Nightingale, dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Florence_Nightingale. 


admin: 089

Kumpulan Foto Ca-ang XII bagian 2

Swara Nightingale




admin: 089








Kumpulan foto-foto Anggota SN bagian 3

Swara Nightingale





Kumpulan Foto Ca-ang XII

Swara Nightingale

Perjuangan ca-ang melaksanakan kegiatan diklat lapangan