Salam lestari
admin: 089
Kamis, 26 Januari 2012
Selasa, 24 Januari 2012
SN Open Recruitment Generasi ke-11
Salam Lestari..........
Tahun 2012 ini SWARA Nightingale membuka Open Recruitment Generasi Ke-11.
Sebelumnya teman-teman musti tau "Misi Penting":
1. Pemantapan skill (Medis Praktis, Cinta Alam, SAR)
2. Pemantapan Manajemen Organisasi
3. Bantuan Tim Medis
Kawan mau....??? Kawan Bersedia.....????
Ayo Gabung menjadi anggota SWARA Nightingale.
Caranya:
1. Isi formulir*
2. Ikuti interview
3. Ikuti diklat (Pendidikan dan Latihan)
*Formulir dapat diambil di sekre
Formulir dapat juga diambil melalui Ayu Rahmayuni NRA-105-SN-X-11 (A'10 Ganjil)
Tunggu informasi selanjutnya
admin: 089
Tahun 2012 ini SWARA Nightingale membuka Open Recruitment Generasi Ke-11.
Sebelumnya teman-teman musti tau "Misi Penting":
1. Pemantapan skill (Medis Praktis, Cinta Alam, SAR)
2. Pemantapan Manajemen Organisasi
3. Bantuan Tim Medis
Kawan mau....??? Kawan Bersedia.....????
Ayo Gabung menjadi anggota SWARA Nightingale.
Caranya:
1. Isi formulir*
2. Ikuti interview
3. Ikuti diklat (Pendidikan dan Latihan)
*Formulir dapat diambil di sekre
Formulir dapat juga diambil melalui Ayu Rahmayuni NRA-105-SN-X-11 (A'10 Ganjil)
Tunggu informasi selanjutnya
admin: 089
MOUNTAINEERING
Swara Nightingale
¢JENIS-JENIS
PENDAKIAN
1. Hili walking/
feel walking yaitu mendaki bukit-bukit landai tanpa peralatan teknis pendakian
2. Scrambling
yaitu pendakian bertahap dan tidak begitu terjal
3. Climbing yaitu
perjalanan pendek dan tidak memakan waktu satu hari
- rock
climbing
- snow and
ice climbing
4. Mountaineering
yaitu gabungan dari semua bentuk pendakian
Persiapan pendakian
Faktor yang mempengaruhi pendakian:
¢Intern
faktor yang berasal dari pendaki itu sendiri.
¢Ekstern
faktor yang berasal dari luar diri pendaki atau berasal dari alam
Perencanaan pendakian:
¢Kenali diri dan kemampuan anda beserta anggota team dalam menghadapi medan.
¢Pelajari medan yang di tempuh.
¢Rencanakan rute pendakian seteliti mungkin, perkirkan tempat berhenti, istirahat dan berbivak.
¢Perkirakan waktu pendakian, menyangkut perbekalan dan perlengkapan.
¢Siapkan dan cek kembali perlengkapan pendakian.
PERSYARATAN MENJADI
SEORANG PENDAKI GUNUNG
¢Sifat
mental
¢Pengetahuan
dan keterampilan
¢Kondisi
fisik yang memadai
¢Etika
¢TEKNIK MENDAKI GUNUNG
¢Aklimatisasi
¢Teknik
trekking
¢Face
climbing
¢Friction/
slab climbing
¢Fissure
climbing
- jamming
-
chimneying
- bridging
- lay back
ACUTE MOUNTAIN
SICKNESS
¢Hypotermia
¢Hypoxia
¢Hypoxia
yang disertai kelainan paru
¢Early
mountain sickness
¢Pulmonary
oedema
¢Cerebral oedema
!!! kondisi darurat
¢Dalam kasus cerebral
dan pulmonary oedema
¢Jangan tunda untuk segera turun dalam kondisi apa pun, meskipun malam hari jika perlu.
¢Jangan tunggu helikopter penolong datang, segera turun
¢Pasien dapat turun dengan berjalan, digendong porter, atau naik yak
¢Pasien harus ditemani saat turun
¢Obat-obatan bukan sebagai pengganti untuk turun
¢ Pasien dengan AMS dipastikan tidak bisa mengambil keputusan yang benar, jadi harus dipaksa untuk turun, melawan kemauan pasien.
admin: 089
admin: 089
Senin, 23 Januari 2012
Perdarahan, Fraktur, dan Balutan
I. PERDARAHAN
a.
Definisi
Perdarahan
adalah kehilangan akut volume peredaran darah. Walaupun dapat bervariasi,
volume darah orang dewasa normal adalah 7-8 % dari berat badan. Volume darah
pada anak-anak dihitung 8-9 % dari berat badan normal (80-90 cc/Kg ).
b.
Klasifikasi
Perdarahan dapat
dibedakan berdasarkan persentase kehilangan volume darah sebagai barikut :
1.
Perdarahan Klas I : Kehilangan Volume Darah Sampai 15 %
Gejala klinis
yang ditunjukkan minimal. Bila tidak terjadi komplikasi akan terjadi takikardi
minimal. Tidak ada perubahan yang berarti dari tekanan darah, tekanan nadi dan
pernafasan. Untuk penderita yang dalam keadaan sehat, jumlah kehilangan darah
ini tidak perlu diganti. Perdarahan klas I ini dapat dicontohkan dengan seorang
dewasa yang menyumbangkan darah sebanyak 500 cc.
2.
Perdarahan Klas II : Kehilangan Volume Darah 15-30 %
Pada seorang
laki-laki 70 Kg, kehilangan volume darah ini berjumlah 750-1500 cc darah. Gejala
klinis meliputi takikardi ( nadi > 100 pada orang dewasa ), takipnea, dan
penurunan tekanan nadi. Tekanan sistolik hanya sedikit berubah pada syok yang
dini karena itu penting untuk lebih mengandalkan evaluasi tekanan nadi daripada
tekanan sistolik. Penemuan klinis lain meliputi perubahan sistem syaraf pusat
yang tidak jelas seperti cemas, ketakutan atau sikap permusuhan. Walaupun
kehilangan darah dan perubahan kardiovaskuler besar namun produksi urin hanya
sedikit terpengaruh. Aliran urin biasanya 20-3- cc/jam pada orang dewasa.
Kadang-kadang diperlukan transfusi darah, tetapi dapat distabilkan dengan
larutan kristaloid pada mulanya.
3.
Perdarahan Klas III : Kehilangan Volume Darah 30-40 %
Akibat
perdarahan sebanyak ini ( sekitar 2000 cc untuk orang dewasa ) dapat sangat
berbahaya. Penderita hampir selalu menunjukkan tanda klasik perfusi yang tidak
adekuat ( syok ) yaitu takikardi dan takipnea yang jelas,, perubahan penting
dalam status mental, dan penurunan tekanan sistolik. Dalam keadaan yang tidak
berkomplikasi, inilah jumlah darah paling kecil yang selalu menyebabkan tekanan
darah sistolik menurun. Penderita kehilangan darah tingkat ini hampir selalu
memerlukan transfusi darah. Keputusan untuk transfusi darah didasarkan atas
respon penderita terhadap resusitasi cairan awal dan perfusi dan oksigenasi
organ yang adekuat.
4.
Perdarahan Klas IV : Kehilangan Volume Darah Lebih Dari
40 %
Dengan
kehilangan darah sebanyak ini, jiwa penderita terancam. Gejalanya meliputi
takikardi yang jelas, penurunan tekanan darah sistolik yang cukup besar dan
tekanan nadi yang sempit ( atau tekanan diastolik yang tidak teratur ). Produksi
urin hampir tidak ada, dan kesadaran yang jelas menurun. Kulit dingin dan
pucat. Pasien seperti ini seringkali memerlukan transfusi yang cepat dan
intervensi pembedahan segera. Keputusan untuk itu tetap didasarkan pada respon
terhadap resusitasi cairan yang diberikan.
Cidera
jaringan lunak dan fraktur yang berat memberikan gangguan hemodinamis penderita
cidera dengna 2 cara. Pertama, darah yang hilang ketempat cideranya, terutama
pada tulang panjang. Fraktur tibia dan humerus dapat menyebabkan kehilangan
darah sampai 750 cc. Fraktur femur dapat menyebabkan kehilangan darah sampai
1500 cc dan beberapa liter darah dapat terkumpul di hematoma retroperitoneal.
Kedua, adalah perpindahan cairan terutama plasma ke ruang ekstravaskuler
berakibat timbulnya edema jaringan akibat meningkatnya permeabilitas pembuluh
darah.
c.
Penatalaksanaan
Diagnosis dan
terapi harus dilaksanakan secara simultan. Untuk hampir semua penderita trauma,
penanganan dilakukan seolah-olah penderita mengalami syok hipovolemik, kecuali
ada bukti jelas bahwa keadaan syok disebabkan oleh suatu etiologi yang bukan
hipolemik.
Prinsip dasar
yang harus diperang adalah menghentikan perdarahan dan mengganti kehilangan
volume.
1.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
jasmani diarahkan pada diagnosis cidera yang mengancam nyawa dan meliputi
penilaian dari ABCDE. Mencatat
tanda vital awal ( baseline recordings )
penting untuk memantau respon penderita terhadap terapi. Yang harus diperiksa
adalah tanda vital, produksi urin, dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan lebih
rinci menyusul setelah keadaan penderita mengizinkan.
a). Jalan nafas dan
pernafasan
Pemeriksaan pertama adalah menjamin jalan
nafas yang paten dengan cukupnya
pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberi tambahan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95 %.
b). Sirkulasi –
kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah
mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses itravena yang
cukup, menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka luar dapat dikendalikan dengan
tekanan langsung pada tempat perdarahan. Mungkin diperlukan tindakan bedah
untuk menghentikan perdarahan internal.
c). Dissability
– pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi
singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata, respon pupil,
fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini berguna untuk menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan neurologis dan meramalkan pemulihan.
d). Exposure –
pemeriksaan lengkap
Setelah selesai mengurus
prioritas-prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi
dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ujung kaki sebagai bagian dari mencari
cidera. Bila menelanjangi pasien sangat penting mencegah hipotermia.
e). Dilatasi
lambung – dekompresi
Dilatasi lambung membuat terapi
syok jadi sulit. Pada penderita tidak sadar dapat menimbulkan resiko aspirasi
isi lambung. Ini merupakan komplikasi yang fatal. Dekompresi lambung dilakukan
dengan memasukkan pipa lambung ( NGT )
f).
Kateterisasi urin
Kateterisasi
kandung kemih memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria dan evaluasi
perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. \Perlu diingat bahwa adanya darah
dalam uretra merupakan salah satu tanda yang menjadi kontraindikasi pemasangan
kateter sebelum adanya konfirmasi radiologis akan adanya uretra yang utuh.
2.
Akses Pembuluh Darah
Harus segera
dapat diakses ke sistem pembuluh darah. Paling baik pada penderita syok adalah
dengan memasang dua jalur intravena ukuran besar. Tempat terbaik untuk jalur
intravena bagi orang dewasa adalah lengan bawah. Kalau tidak memungkinkan
pemasangan jalur perifer maka dapat dipertimbangkan akses pembuluh darah
sentral.
Bila kateter
intravena sudah terpasang diambil sampel darah untuk jenis dan crossmatch,
pemeriksaan laboratorium yang sesuai.
3.
Terapi Cairan Awal
Larutan
elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini mengisi
intravaskuler dalam waktu singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler dengan
cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang interstisial dan
intraseluler. Cairan ringer laktat adalah cairan pilihan pertama. Dan Nacl
fisiologis adalah pilihan kedua.
4.
Kontrol Sumber Perdarahan Eksternal
a). Kompresi digital dengan jari-jari tangan pada bagian proksimal arteri
sedang dan kecil atau pada tempat yang luka yang letaknya pada ekstremitas atau
organ lainnya.
b). Bebat tekan aseptic pada tempat
arteri yang terluka ( usahakan menghindari pemakaian torniket ) untuk pembuluh
darah di ekstremitas.
Ada tiga buah larangan yang mesti
diperhatikan :
- Membuang waktu sebelum koreksi defenitive untuk
hanya melakukan kontrol perdarahan
- Mengevaluasi ekstremitas yang terkena jejas karena
akan mengurangi ssirkulasi kolateral
- Memberi pemanas atau pendingin ekstremitas yang
iskemik
Ligasi ( pengikatan ) pada arteri
besar utama adalah jarang dibenarkan kecuali :
- Pada korban massal dimana keselamatan jiwa lebih
diutamakan
- Terdapat kontraindikasi pada trauma yang berat untuk
memperpanjang waktu operasi konstruksi
- Kerusakan jaringan lunak yang luas seperti pada
amputasi
II.
FRAKTUR
Fraktur atau
patah tulang merupakan keadaan terputusnya kontinuitas tulang, sebagian atau
keseluruhan. Terdapat dua tipe patah tulang yang dikenal yaitu :
1.
Patah Tulang Tertutup
Kulit utuh dan
tulang betapapun parahnya tidak terinfeksi. Pembengkakan dan memar meungkin
tidak segera tampak.
2.
Patah Tulang Terbuka
Ujung tulang
yang patah menonjol lewat kulit, atau ada luka dikulit yang bertalian dengan
letak patah tulang. Patah tulang yang terbuka harus selalu ditandai terinfeksi.
Komplikasi patah tulang jenis ini bila ujung-ujung yang patah atau pecahan
tulang telah menyebabkan cidera pada bagian penting disampingnya seperti nadi,
saraf atau organ.
Trauma terhadap
sistem muskuloskeletal sering tampak dramatis, terlihat seolah-olah sangat
berat, namun jarang menyebabkan kematian atau kehilangan anggota gerak. Namun
demikian, trauma muskuloskeletal harus diperiksa dan ditangani dengan tepat dan
memadai agar tidak membahayakan nyawa dan anggota gerak. Trauma ini harus
dipelajari sehingga dapat mengenal adanya trauma muskuloskeletal dan memberikan
pertolongan dengan tepat dan benar sehingga menghindarkan penderita dari kecacatan
selanjutnya dan dapat melakukan tindakan untuk mencegah komplikasinya.
Orang yang
berkompeten memberikan pertolongan haruslah mengenal trauma meuskuloskeletal
dengan baik agar dapat memberikan pertolongan dengan benar sehingga meringankan
penderitaan korban, bukan malah sebaliknya dengan pertolongan yang salah akan
membahayakan jiwa korban dan menimbulkan kecacatan yang permanen.
Trauma
muskuloskeletal yang berat dapat menunjukkan besarnya trauma yang diderita
korban secara keseluruhan. Penderita dengan patah tulang pada beberapa tempat
dilengan dan ditungkai dapat dicurigai menderita cidera internal.
Patah tulang
pelvis yang tidak stabil dan patah tulang paha yang bergeser dapat menyebabkan
kehilangan darah dalam jumlah besar sehingga menimbulkan gangguan hemodinamik.
Trauma
muskuloskeletal hendaknya jangan merubah urutan prioritas resusitasi ( ABCDE ),
namun biasanya menyita perhatian. Untuk memperoleh hasil yang baik penderita
ditangani secara menyeluruh termasuk trauma muskuloskeletal. Untuk mencegah
terluputnya cidera yang tersembunyi maka selalu dilakukan reevaluasi secara
terus-menerus.
A.
Primary
Dan Secondary Survey Dan Resusitasi
1.
Primary Survey Dan Resusitasi
Selama
pemeriksaan awal dengan memperhatikan ABCDE, perdarahan harus diperiksa dan
dihentikan. Kerusakan pada jaringan lunak dapat mengenai pembuluh darah besar
dan menimbulkan darah yang banyak. Menghentikan perdarahan yang terbaik adalah
dengan melakukan tekanan langsung.
Patah tulang
panjang dapat menyebabkan perdarahan yang banyak. Fraktur pada kedua ujung
tulang paha dapat menimbulkan kehilangan darah sampai 1500 cc sehingga dapat
timbul syok. Dengan pemasangan bidai yang benar dapat menurunkan perdarahan
yang nyata dengan mengurangi pergerakan dan meningkatkan pengaruh tamponade
otot sekitar fraktur. Pada fraktur terbuka penggunaan balut tekan steril
umumnya dapat menghentikan perdarahan. Pemberian cairan infus yang agresif,
merupakan hal yang penting dilakukan disamping usaha menghindari perdarahan.
2.
Secondary Survey
a.
Anamnesa
1). Mekanisme
trauma
Informasi
mengenai kejadian dapat diperoleh dari pengantar, penderita, keluarga, saksi
mata dan lain-lain. Mekanisme trauma diperlukan untuk memperkirakan besarnya
trauma dan mencari trauma lain yang mungkin ada.
2). Lingkungan
Harus dicari
informasi mengenai lingkungan tempat trauma terjadi sehingga didapatkan
informasi mengenai adanya trauma lain seperti gas dan bahan beracun, dan
kemungkinan kontaminasi dengan kuman.
3). Keadaan
sebelum trauma dan faktor predisposisi
Perlu
diketahui keadaan penderita sebelum kejadian, kelainan fisik, penggunaan obat
dan alkohol, emosional dan penyakit lain, atau riwayat trauma sebelumnya.
b.
Pemeriksaan Fisik
Seluruh pakaian
penderita harus dibuka agar dapat dilakukan pemeriksaan yang baik dan
menyeluruh. Cidera ekstremitas yang nyata harus dibidai. Pemeriksaan cidera
ekstremitas mempunyai 3 tujuan yaitu :
1). Menemukan
masalah yang mengancam jiwa
2). Menemukan
masalah yang mengancam ekstremitas
3). Pemeriksaan
ulang secara sistematis menghindari cidera yang terluput
Empat komponen
yang harus diperiksa yaitu :
1). Kulit yang
melindungi dari kehilangan cairan dan infeksi
2). Fungsi
neuromuskular
3). Keadaan
sirkulasi
4). Integritas
ligamen dan tulang
Cara
pemeriksaan dengan :
1). Lihat dan
tanya
2). Raba
3). Periksa
sirkulasi
4). Foto
rontgen
B.
Trauma Yang Mengancam Ekstremitas Dan Trauma Ekstremitas
Yang Mengancam Nyawa
1.
Trauma Ekstremitas Yang Mengancam Nyawa
Trauma
ekstremitas yang mengancam nyawa adalah :
a. Kerusakan
pelvis berat dengan perdarahan
b. Perdarahan
arteri besar
c. Crush
syindrom
Trauma pelvis
berat dapat menyebabkan kehilangan darah yang banyak karena robeknya pleksus
vena di pelvis dan kadang-kadang sistem arterial. Bila perdarahan sangat banyak
maka dapat timbul syok. Untuk pertolongannya adalah dengan resusitasi cairan
dan penghentian perdarahan. Penghentian perdarahan kadang kala memerlukan alat
PSAG ( pneumatic anti shock garment ).
Perdarahan
besar arterial dapat disebabkan luka tusuk di ekstremitas, ataupun trauma
tumpul yang menyebabkan patah tulang atau dislokasi yang merobek arteri
didekatnya. Cidera ini dapat menimbulkan perdarahan besar pada luka terbuka
atau perdarahan didalam jaringan lunak. Perdarahan yang besar dan tampak harus
dilakukan penekanan langsung dan resusitasi cairan.
Crush syndrom
adalah keadaan yang disebabkan oleh pelepasan zat berbahaya hasil kerusakan
otot, yang bila tidak diatasi akan menyebabkan kegagalan ginjal. Pertolongannya
adalah pemberian cairan intravena dan diuresis osmotik bila perlu.
2.
Trauma Yang Mengancam Ekstremitas
Trauma
ekstremitas yang mungkin dapat menimbulkan kehilangan ekstremitas sehingga
dapat menjadi cacat seumur hidup bila tidak ditangani secara benar adalah patah
tulang dan trauma sendi, trauma vaskuler, sindroma kompartemen, dan trauma
neurologi. Keadaan-keadaan diatas sering ditemukan namun jika tidak ditangani
secara baik dapat menimbulkan kecacatan yang sebelumnya dapat dicegah.
C.
Imobilisasi
Tujuan
imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstremitas yang cidera dalam posisi
seanatomis mungkin dan mencegah gerakan yang berlebihan pada tempat fraktur.
Hal ini dapat dicapai dengan melakukan tarikan untuk meluruskan dan
mempertahankan dengan alat imobilisasi seperti bidai. Pemakaian bidai yang
benar akan membantu menghentikan perdarahan, mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan jaringan lunak lebih lanjut.
Dislokasi sendi
umumnya perlu dibidai pada posisi saat ditemukan. Bantal atau gips dapat
dipakai untuk mempertahankan posisi ekstremitas yang belum dilakukan reposisi.
Pemasangan
bidai harus segera, namun tidak boleh mengganggu resusitasi yang merupakan
prioritas utama. Memasang bidai pada trauma ekstremitas bila tidak disertai
maslah ancaman nyawa dapat ditunda sampai secondary survey. Walaupun demikian
cidera ini harus dibidai sebelum penderita dirujuk. Setelah bidai dipasang dan
meluruskan fraktur harus selalu diperiksa status neurovaskuler.
- Fraktur Femur
Untuk pertolongan pertama pada
fraktur femur sementara dapat dipasang traction splint. Cara yang sederhana
adalah dengan membidai dengan spalk atau dengan kaki yang sebelumnya.
- Trauma Lutut
Pemakaian bidai
lutut atau long leg splint dapat memberikan kenyamanan dan stabilitas. Lutut
tidak boleh dibidai dalam posisi lurus, akan tetapi difleksikan kurang lebih 10
derajat untuk menghindari tekanan pada struktur neurovaskuler.
- Fraktur Tibia
Untuk
pertolongan sementara dapat dipasang bidai atau spalk sepanjang tungkai dengan
melewati dua sendi.
- Fraktur Ankle
Fraktur ankle
dapat dimobilisasi dengan bidai bantal atau karton dengan bantalan sehingga
menghindari tekanan pada tulang yang menonjol.
- Lengan Dan Tangan
Tangan dibidai sementara dalam posisi anatomis fungsional
dengan pergelangan tangan sedikit dorsofleksi dan jari-jari fleksi 45 derajat
pada sendi metakarpophalangeal.
Lengan dan pergelangan tangan diimobilisasi
datar pada bidai dengan bantalan.
Siku diimobilisasi pada posisi fleksi, memakai bidai dengan
bantalan atau dengan sling.
Lengan atas diimobilisasi dengan sling dan
bahu atau balutan Valipeu.
III.
LUKA
DAN BALUTAN
- Penanganan Luka
Perdarahan
Perdarahan
ringan jarang memberi masalah yang serius, kecuali bila seseorang itu menderita
gangguan perdarahan seperti hemofili. Perdarahan ringan selalu diakibatkan oleh
rusaknya pembuluh darah kecil, seperti venula ( pembuluh balik kecil ) atau
kapiler.
Merawat luka
ringan :
1.
Cuci luka dan kulit disekitarnya sebersih-bersihnya
dengan sabun dan air, segera setelah terjadi luka ringan, luka iris atau
goresan.
2.
Singkirkan setiap benda asing dan debu dari dalam luka
tersebut.
3.
Cucilah tangan dan kemudian guncang-guncang agar kering
4.
Seka kulit disekitar luka dengan suatu larutan antiseptik
( dengan mengecek petunjuk pada botol untuk penggunaan yang benar )
5.
Tempelkan pembalut steril atau plester
6.
Setelah itu luka dibersihkan dengan tuntas. Biarkan
pembalut disitu sampai luka sembuh. Hanya dilepas jika longgar atau kotor.
Mengendalikan
perdarahan :
1.
Tekan langsung pada luka, dengan menggunakan jari atau
tangan
2.
Jika luka besar,
tekan pinggirnya seolah mempersempit luka dengan lembut tetapi mantap
3.
Pikirkan apa yang dapat anda gunakan untuk menekan luka
agar bisa mengendalikan perdarahan dengan lebih efektif. Sapu tangan bersih
yang dilipat sering ideal.
4.
Jika perdarahan terjadi pada anggota badan, angkatlah
anggota badan itu. Periksa dengan hati-hati apakah ada tulang retak atau patah
pada anggota badan.
5.
Tekanan langsung dapat mengendalikan perdarahan dan taruh
pembalut yang steril atau bersih pada luka, menutupi luka itu seluruhnya.
6.
Pasang bantalan yang menutupi daerah luka. Tekan cukup
kuat.
7.
Perban bantalan itu dengan kencang
Mimisan
Hidung
mempunyai banyak pembuluh darah, yang terletak dekat dengan permukaan dalam
dari dinding rongga hidung. Pembuluh darah ini mudah bocor jika terciderai oleh
kekuatan luar atau jika hidung itu terpukul terlalu kuat. Mimisan jarang yang
serius.
Penanganan
mimisan :
1.
Pijat cuping hidung tepat dibawah tulang hidung dengan
kuat menggunakan ibu jari dan telunjuk, segera setelah mimisan terdeteksi.
2.
Korban harus didudukkan dengan kepala miring kedepan
diatas penampung
3.
Tekanan pada pembuluh darah yang bocor harus
dipertahankan sekurang-kurangnya 10 menit, dan korban tidak boleh menengadahkan
kepalanya.
4.
Lepaskan pijitan secara bertahap
5.
Dengan kepala masih miring kedepan, seka dengan hati-hati
daerah sekitar hidung dengan pembalut atau penyeka yang bersih yang telah
direndam dalam air hangat.
- Balutan
Balutan harus
cukup besar untuk menutupi luka dan masih bersisa sekitar 2,5 cm disekitar
luka. Jika mungkin balutan harus steril sehingga tidak ada bakteri yang masuk
kedalam area luka. Juga balutan terbuat dari bahan yang memungkinkan keringat
menguap. Jika keringat terkumpul, balutan akan menjadi basah dan akan
menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri.
Fungsi balutan
:
1.
Untuk melindungi luka
2.
Untuk mengendalikan perdarahan dan membantu agar
perdarahan berhenti
3.
Untuk menyerap setiap cairan yang keluar dari luka
4.
Untuk mencegah infeksi
Aturan memasang
balutan :
1.
Tangan harus dicuci bersih
2.
Luka dan kulit disekitar luka harus dibersihkan, asal
luka itu tidak terlalu besar dan perdarahan telah dapat dikendalikan
3.
Gunakan bantalan kapas ekstra yang diikat kuat dengan
perban untuk menutupi pembalut lapangan
Gantilah
pembalut yang bergeser dari daerah luka kedaerah yang tidak luka, dan ganti
dengan pembalut baru. Untuk mencegah infeksi , Selalu taruh pembalut
langsung pada luka
admin: 089
Langganan:
Postingan (Atom)