Kamis, 16 Februari 2012

PENATALAKSANAAN KERACUNAN DAN GIGITAN ULAR BERBISA

Swara Nightingale

-->
KERACUNAN
Pada hakikatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung pada dosis dan pemberiannya.

Karena gejala yang timbul sangat bervariasi. Kita harus mengenal gejala yang ditimbulkan oleh setiap zat (agens) agar dapat bertindak cepat dan tepat pada setiap kasus dengan dugaan keracunan.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian

Racun merupakan suatu bahan dimana, bila terserap atau diserap oleh organism dapat melukai atau iritasi, serta dapat menyebabkan kematian.
Menurut cara terjadinya keracunan dibagi menjadi :
a.       Self Poisoning
Seseorang yang makan sesuatu, tetapi dengan pengetahuannya tidak tahu bahwa yang dimakannya itu membahayakan. Dengan bermaksud, untuk tidak bunuh diri.
b.      Atteleted Suicida
Orang yang bermaksud untuk bunuh diri, tetapi tidak menyebabkan kematian alias sembuh.
c.       Accidental Poisoning
Keracunan terjadi karena factor kecelakaan
d.      Homocidal Poisoning
Keracunan akibat tindakan kriminal

Seseorang dicurigai menderita keracunan bila:
  1. Seorang yang sehat tiba-tiba sakit.
  2. Gejalanya tak sesuai dengan suatu keadaan patologik (kelainan) tertentu
  3. Gejala menjadi progresif (bertambah berat) dengan cepat karena dosisnya yang besar dan intorelable (tidak dapat toleransi)
  4. Dari pertanyaan kepada pasien menunjukkan ke arah keracunan, terutama pada kasus bunuh diri/kecelakaan.keracunan jangka lama di curigai bila digunakan obat dalam jangka waktu lama atau lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia.
  5. Meskipun sampai sekarang kira-kira 95% kasus keracunan tidak dikenal anti racunnya. Pengobatan yang segera dilakukan terhadap gejala yang ada, ini cukup efektif.

Penatalaksanaan

Prinsipnya:
  1. Mencegah / menghentikan penyerapan racun
  2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
  3. Pengobatan terhadap gejala
  4. Pengobatan spesifik dan anti racunnya.
☺ Mencegah / menghentikan penyerapan racun:
      Bila racun ditelan:
1.        Encerkan racun yang ada dalam lambung sekaligus menghalangi penyerapannya. cairan yang dapat dipakai:
  • Air biasa
  • Susu dan/atau telur mentah
  • Sendok teh penuh norit dalam 1 gelas air
2.   Kosongkan lambung tindakan ini hanya efektif bila di lakukan dalam 4 jam setelah racun di telan:

a.muntahkan, di lakukan dengan cara:
  • mekanik: dengan merangsang dinding tenggorokan dengan jari dapat di kombinasi dengan pemberian obat perangsang muntah.
  • obat-obatan
  • Air garam: 1-2 dalam 1 gelas air hangat di minum.

Kontraindikasi (perkecualian):
>Keracunan zat korosif: asam/basa kuat, fenol, strikain.
>Keracunan senyawa hidrokarbon: minyak tanah, bensin
>Penurunan kesadaran
>Kejang.

b.Bilas lambung: biasanya di lakukan di R.S

Perkecualian:
>keracunan zat korosif
>kejang

3. bilas usus besar dengan:
-          Pencahar
-           Klisua : air sabun / gliseris pertebtal

☺ Mengeluarkan racun yang telah diserap: biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah     sakit

☺ Pengobatan gejala: biasanya dilakukan oleh tenaga kesehatan


Yang terpenting bagi anda semua sebagai orang non medis adalah mengenali bahwa hal tersebut adalah suatu gejala keracunan. Sehingga dapat melakukan langkah-langkah seperti di atas semaksimal mungkin. Dengan memperhatikan apa-apa yang menjadi kontraindikasi (hal-hal yang tidak boleh di lakukan). Jika belum ada perubahan, segera bawa ke Rumah Sakit terdekat supaya segera mendapatkan pertolongan. Karena pertolongan yang cepat dan tepat sangat membantu penyembuhan dari keracunan. Semoga tulisan ini dapat sebagai bekal ilmu bagi anda semua dan memberikan manfaat.


GIGITAN ULAR BERBISA

Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Ular merupakan jenis hewan melata yang banyak terdapat di Indonesia. Spesies ular dapat dibedakan atas ular berbisa dan ular tidak berbisa.

Bisa adalah suatu zat atau substansi yang berfungsi untuk melumpuhkan mangsa dan sekaligus juga berperan pada sistem pertahanan diri. Bisa tersebut merupakan ludah yang termodifikasi, yang dihasilkan oleh kelenjar khusus. Kelenjar yang mengeluarkan bisa merupakan suatu modifikasi kelenjar ludah parotid yang terletak di setiap bagian bawah sisi kepala di belakang mata. Bisa ular tidak hanya terdiri atas satu substansi tunggal, tetapi merupakan campuran kompleks, terutama protein, yang memiliki aktivitas enzimatik.

Efek toksik bisa ular pada saat menggigit mangsanya tergantung pada spesies, ukuran ular, jenis kelamin, usia, dan efisiensi mekanik gigitan (apakah hanya satu atau kedua taring menusuk kulit), serta banyaknya serangan yang terjadi.

Macam Bisa :
1.             Neurotokoksin, yang menyerang saraf dan bersifat pertentangan dengan tranmisi ransangan saraf
2.             Hemotoksin, yang menyerang darah dan sitem peredarannya
3.             Kardiotoksin, yang diserang dalah otot jantung
4.             Miksotoksin, yang diserang cairan di dalam tubuh

Beberapa ciri ular berbisa adalah
-          bentuk kepala segitiga,
-           pada luka bekas gigitan terdapat bekas taring.
-          mata dengan pupil vertical
-          moncongnya pendek
-          mempunyai kantong bias pada kepala bagian belakang

Beberapa ciri ular tak berbisa adalah
-          kepala berbentuk segiempat panjang
-          gigi taringnya kecil
-          pada bekas gigitan ada luka halus disepanjang lingkungan

 
Gambar 1. Bekas gigitanan ular. (A) Ular tidak berbisa tanpa bekas taring, (B) Ular berbisa
Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada semua gigitan ular.

● Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan bawah kulit).

● Gejala sistemik: hipotensi, otot melemah, berkeringat, menggigil, mual, hipersalivasi (ludah bertambah banyak), muntah, nyeri kepala, pandangan kabur

Penatalaksanaan

Sebelum dibawa ke rumah sakit:

1. Diistirahatkan dalam posisi horizontal terhadap luka gigitan
2. Bila belum tersedia antibisa, ikatlah 2 ujung yang terkena gigitan. Pasang torniket pada bagian atas luka Tindakan ini kurang berguna jika dilakukan lebih dari 30 menit paska gigitan.
3.Keluarkan racun dengan sebanyak-banyaknya. ( membuat luka pada bekas gigitan dan hisap dengan mulut)












Setelah dibawa ke rumah sakit:

Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular) polivalen 1 ml berisi:
1. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus
3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v.

Teknik Pemberian:
2 vial @ 5 ml intravena dalam 500 ml NaCl 0,9 % atau Dextrose 5% dengan kecepatan 40-80 tetes per menit. Maksimal 100 ml (20 vial).


admin: 089

Senin, 06 Februari 2012

STRUKTUR KEPENGURUSAN SWARA NIGHTINGALE HIMA PSIK KM FK UNAND 2011/2012

-->
KETUA UMUM                                  : 1. RESTU BUDI SUSILO ( NRA. 094-SN-IX-10 )
SEKRETARIS                                        : 2. MUSILATUR RAHMI (NRA. 093-SN-IX-10 )
BENDAHARA UMUM                      : 3. DESTRI WULANDARI (NRA. 100-SN-IX-10 )
BIRO KESEKRETARIATAN ( BIRO KESTARI )  :
4. HILDA RAHMATIKA (NRA. 088-SN-IX-10 )         = koordinator
5.  DIANDRA WANDIRA (NRA. 085-SN-VIII-09)    = anggota
BIRO PERLENGKAPAN                    :
6. ELTRI INDRIANI (NRA. 090-SN-IX-10 ) = koordinator
7. MUSTIKA DWI AGUSTIN (NRA. 086-SN-VIII-09)
BIRO USAHA & DANA                    :
8. FITRI APRILIA SARI (NRA. 089-SN-IX-10 )           = koordinator
9. NENI LEGAWINARI (NRA. 095-SN-IX-10)
BIDANG DIKLAT                                :
10. SILVIA RAHMI ( NRA. 096-SN-IX-10 )                = koordinator
11. ABDUL AZIZ (NRA. 080-SN-VIII-09)
BIDANG PENGABMAS                   :
12. RAHMI MUTHIA (NRA. 097-SN-IX-10)              = koordinator
13. YENI DANIATI (NRA. 098-SN-IX-10)
BIDANG CINTA ALAM                    :
14. FITRAH NURHANIFAH (NRA. 093-SN-IX-10)  = koordinator
15. WIDYA ENGGRI YUSRI (NRA. 091-SN-IX-10)
BIDANG SAR (SEARCH & RESCUE ) :
16. DEKY ARDIYASRI (NRA.098-SN-IX-10)              = koordinator
 17. INTAN PUTRI (NRA.084-SN-VIII-09)

admin: 089