Minggu, 02 Desember 2012

Cara Mencegah Hipotermi

Swara Nightingale

Cara mencegah Hipotermia ini sangat diperlukan dalam kegiatan pendakian gunung. Mendaki gunung memang memerlukan kesiapan fisik, mental, peralatan, pengetahuan dan perbekalan yang menunjang kegiatan tersebut. Dan banyak musibah yang terjadi karena kekurangan hal – hal tersebut di atas. Atau bisa juga karena minimnya pengetahuan tentang survival sehingga Hipotermia bisa melanda. 

Yang terpenting dalam kegiatan mendaki gunung atau kegiatan di luar ( outdoor activity ) adalah persiapan dan pengetahuan. Salah satunya mengetahui faktor apa penyebab hipotermia, gimana mencegah hal itu terjadi, apa aja yang perlu dilakukan dan juga tindakan apa yang perlu dilakukan apabila mulai merasakan kedinginan.

CARA MENCEGAH HIPOTERMIA

1. Usahakan apabila mendaki gunung jangan memakai kaos dari katun. Bahan katun jika basah oleh keringat sulit keringnya. Ini biasanya menyebabkan menggigil kedinginan walaupun sudah memakai jaket tebal. Sebaiknya memakai bahan sintetis ( polyester / spandex / nylon ) yang menyerap keringat dan berlengan panjang. Memang masih bisa ganti kaos, tetapi di gunung yang sering hujan mengeringkan kaos jadi pekerjaan tersendiri. Mengeringkan menggunakan api unggun, sebaiknya jangan. Kasihan hutan kita. Cobalah mengurangi konsumsi kayu kecuali itu sangat darurat. Membawa satu baju tetapi tetap kering, akan sangat berbeda hasilnya dengan membawa 3 baju tetapi basah semua.

2. Membawa bekal yang cukup untuk mendaki gunung. Bekal praktis seperti coklat batangan, muesli bar, atau energy booster ( seperti gel dengan glukosa, biasanya dipakai para pesepeda ) sangat berguna sebagai cadangan makanan yang ringan dibawa dan menghasilkan energi yang baik. Juga biasakan mengamati sekitar, jika melewati air sungai atau daun – daunan yang kita kenali bisa dimakan apabila mendesak.

3. Menjaga tubuh tetap kering dan hangat. Salah satunya selalu membawa ponco, bagaimanapun kondisinya. Kalau mempunyai baju dan jaket tahan air ( gore-tex based ) juga bisa ( tetapi ini mahal di harga ). Jangan lupa kaos tangan dan kaos kaki. Khusus kaos kaki membawa ekstra jika perlu.

4. Kalau berjalan sendiri siapkan piranti darurat komunikasi, kalau dengan teman harus saling menjaga. Handphone terkadang kurang efektif karena tidak adanya sinyal. Bawa alat darurat sinyal seperti peluit atau cermin. Biasakan saling memperhatikan pendaki lain ketika naik atau turun.

5. Jangan paksakan berjalan terus apabila kelelahan. Berhenti, pasang tenda dan membuat makanan atau minuman yang cepat dihidangkan, seperti teh manis atau sup instant. Paksakan walaupun kurang suka, karena makanan adalah sumber energi untuk tetap berjalan. Selain itu, makanan juga membuat tubuh menjadi hangat karena memulai metabolisme tubuh.

6. Membawa selimut darurat ( emergency blanket or space blanket ). Ini mungkin sudah ada di Indonesia. Bentuknya seperti lapisan aluminium foil yang tipis dan dipakai untuk menyelimuti tubuh. Fungsinya : membuat tubuh tetap hangat, merefleksikan sinar matahari dan tidak kehujanan. Space blanket ini hanya bersifat memantulkan panas tubuh. Untuk mendapatkan hasil maksimal bisa dibawa Bivy Sack yang terbukti lebih baik hasilnya. Bentuknya seperti selimut plastik, dengan berat sekitar 200 gr. Ditanggung lebih tahan lama dari space blanket.

7. Penghangat tubuh sementara ( body warmer ). Ini semacam plester tubuh apabila kedinginan. Biasa dipakai untuk yang melakukan olahraga ektrem di salju ( ski, ice climbing, mountaineering ) . Kelemahannya : hanya bisa dipakai sekali saja dengan durasi 12 jam. Karena bentuknya tipis dan ringan, biasanya diselipkan di jaket kalau kondisi cuaca dan badan memburuk.

Sekali lagi saya ingatkan dengan alat yang memadai tapi tidak tahu bagaimana menggunakan, hasilnya juga tidak optimal. Jadi baca dan simak bagaimana melakukan teknik dasar survival di gunung. Bisa membaca, bertanya atau dari pengalaman yang terus diasah.
(sumber : belantaraindonesia.org)

Cara Packing Yang Baik

Swara Nightingale


Disamping kita mengetahui manajemen perjalanan, dibutuhkan pula pengetahuan mengenai teknik menata barang dalam satu tempat. Teknik pengepakan semacam ini bisa disebut packing. Pengetahuan ini diperlukan agar kenyamanan perjalanan semakin terjamin, apalagi perjalanan jauh yang memerlukan waktu lebih dari satu hari. Langkah awal setelah semua barang dikumpulkan, adalah memisahkan barang-barang tersebut sesuai jenis yang tidak perlu dapat ditinggalkan dirumah, dan tidak menambah beban berat ransel. Kedua pastikan jika semua perlengkapan sudah dipacking, anda masih tetap dapat mengambil apapun didalam dengan sedikit susah. Masukkan barang-barang yang mudah pecah kedalam tempat khusus yang melindunginya dari benturan. Kalau ransel yang kita bawa tidak tahan air, maka masukkan semua jenis barang kedalam kantong plastik, seperti : pakaian, jaket, sleeping bed dan lain sebagainya. Kemudian sendirikan barang-barang tersebut sesuai dengan berat dan tingkat keperluan.

Dalam memasukkan barang-barang tersebut ke ransel, mulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat agar beban yang kita bawa dapat terbagi dengan seimbang, jadi tidak tertumpu pada satu tempat saja. Barang yang sewaktu-waktu diperlukan harus ada ditempat yang mudah dijangkau, Sehinnga bila diperlukan secepatnya tidak usah membongkar semua barang, barang tersebut antara lain : senter, tempat air, jas hujan, obat-obatan. Mantel dan pakaian yang diperlukan ketika cuaca berubah buruk sebaiknya diletakkan dan dilipat dibagian atas ransel ( usahakan jangan sampai ada tempat yang kosong/ruang yang kosong didalam tas ). Pada bagian bawah biasanya diletakkan perlengkapan yang jarang diperlukan ketika berjalan, misalnya : sleeping bad. Kalau perlu tekan sekuat-kuatnya agar semua bisa masuk dan tampak lebih padat. Manfaatkan ruang yang kosong seefesien mungkin, karena barang yang kita bawa tentunya tidak sedikit.

Selain itu kenyaman, teknik pengepakan ini bisa juga merupakan seni tersendiri. Bagaimana membuat packing itu sendiri tampak indah dipandang dengan tempat yang sedikit, salah satu seni pengepakan adalah dengan memasukan ransel pada sisi vertikal maksud dari cara ini agar bentuk ransel semakin jelas dan halus.

Survival

  Swara Nightingale


Survival berasal dari kata survive yang berarti bertahan hidup. Survival adalah mempertahankan hidup di alam bebas dari hambatan alam sebelum mendapat pertolongan. Sedangkan menurut pengertian lain, survival adalah suatu kondisi dimana seseorang/kelompok orang dari kehidupan normal (masih sebagaimana direncanakan) baik tiba-tiba atau disadari masuk ke dalam situasi tidak normal (di luar garis rencananya).
Orang yang melakukan survival disebut survivor. Survival yang biasa dilakukan yaitu di hutan/alam bebas sehingga disebut jungle survival. Survival terjadi karena adanya kondisi darurat yang disebabkan alam, kecelakaan, gangguan satwa, atau kondisi lainnya.
Setiap huruf dari kata survival merupakan singkatan dari langkah-langkah yang harus kita ingat dan lakukan yaitu:
S : Sadari dimana kamu berada
U : Untung-malang tergantung nasib
R : Rasio
V : Viva
I : Ingatlah dimana kamu berada
V : Vakuum
A : Adat istiadat setempat harus dihormati
L : Latih dan belajarlah selalu

Secara umum aspek-aspek dalam kondisi survival dibagi tiga yang saling mempengaruhi dan berkaitan yaitu aspek psikologis (panik, takut, cemas, sepi, bingung, tertekan, bosan), aspek fisiologis (sakit, lapar, haus, luka, lelah), dan aspek lingkungan (panas, dingin, kering, hujan).

1) Komponen pokok survival terdiri atas:
· Sikap mental berupa hati yang kuat bertahan hidup, mengutamakan akal sehat, berpikir jernih dan optimis
· kondisi fisik yang fit dan kuat
· tingkat pengetahuan dan ketrampilan
· pengalaman dan latihan
· perlengkapan berupa survival kit

2) Langkah-langkah survival
· Jika tersesat lakukan tindakan pedoman STOP (Seating, Thinking, Observation, dan Planning)
· Lakukan pembagian tugas kepada anggota kelompok
· Tetap berusaha mencari pertolongan
· Hemat terhadap penggunaan makanan, minuman dan tenaga
· Hindari dan jauhi masalah-masalah yang mungkin timbul yaitu dari diri sendiri, orang lain dan alam


3) Kebutuhan dasar survival
A. Air
Syarat-syarat fisik air bersih yang layak untuk diminum adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Sumber air antara lain mata air, sungai, air hujan, embun, tumbuhan (rotan pisang, lumut, akar gantung, kantung semar), hasil kondensasi tumbuhan, dan air galian tanah
B. Makanan
Saat sumber makanan yang dibawa semakin berkurang, kita dapat memanfaatkan sumber makanan dari alam berupa flora (tumbuhan) dan fauna (hewan). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan adalah buah, batang, daun, dan akar (umbi). Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi tumbuhan:
      · hindari tumbuhan berwarna mencolok
      · hindari tumbuhan bergetah putih, kecuali yang sudah dikenal aman dimakan
       · mencoba mencicipi sedikit atau mengoleskan ke kulit.. biasanya tumbuhan yang berbahaya akan menimbulkan efek gatal, merah dan panas pada tubuh
       · variasikan makanan yang dimakan untuk menghindari akumulasi zat yang mungkin buruk bagi kesehatan
        · jangan memakan tumbuhan yang meragukan untuk dimakan
Hampir semua unggas dan ikan dapat dijadikan sumber makanan, begitu juga dengan beberapa serangga, reptil, dan mamalia. Kendala utama untuk mendapatkan hewan-hewan liar tersebut adalah cara menangkapnya. Oleh karena itu perlu membuat perangkap (trap) untuk mempermudah menangkap hewan liar tersebut
C. Shelter
Shelter adalah tempat perlindungan sementara yang dapat memberikan kenyamanan dan melindungi dari panas, dingin, hujan dan angin. Shelter dapat menggunakan alam seperti gua, lubang pohon dan celah di batu besar. Selain itu dapat dibuat dari tenda, plastik dan ponco atau menggunakan bahan dari alam seperti daun-daunan atau ranting.
D. Api
Api berguna untuk penerangan, meningkatkan semangat psikologis, memasak makanan dan minuman, menghangatkan tubuh, mengusir hewan buas, membuat tanda/kode, dan merokok. Sumber api berasal dari korek api, lup/teropong, menggosok-gosokkan kayu dengan kayu, membenturkan logam dengan logam atau batu.
Ada hal lain yang menentukan lamanya kita berada pada kondisi survival, yaitu keputusan apakah kita akan menetap (survival statis) atau bergerak keluar mencari bantuan (survival dinamis).