Menanggapi terjadinya banjir bandang / galodo yang terjadi didaerah Solok Selatan, pada 18 Desember 2012, maka diperlukan keikutsertaan anggota dalam menangani permasalahan atau kerusakan yang ada di daerah tersebut. Untuk itu MAPALA Fakultas Keperawatan Universitas Andalas bekerja sama dengan LSM Nusa Relief, mempersiapkan diri terjun langsung memberikan bantuan psikologis kepada para korban.
Tepatnya hari Sabtu, 22 Desember 2012, sebanyak 8 orang anggota menuju lokasi terjadinya banjir, dan langsung melapor ke posko induk yang bertempat di kantor camat Sungai Pangkua. Pada hari itu dimulailah assessment yang dilakukan para anggota di salah satu daerah yaitu didesa Sungai Pangkua. Daerah ini memiliki 129 KK dan 558 jiwa, dan dari assessment yang dilakukan oleh para anggota door to door, terisilah lebih kurang 80 form pengkajian data psikososial korban bencana.
Hasil dari assessment yang dilakukan oleh para anggota tidak berhenti sampai disitu saja, tapi dilanjutkan dengan tabulasi data oleh spesialis keperawatan jiwa yang dilakukan langsung oleh sdri. Ns. Ira Erwina, S.Kep, Sp.Kep.Jiwa. Dari hasil olahan data tersebut, maka kembali direncanakan terapi apa yang dapat diberikan kepada korban banjir tersebut.
Pada hari Sabtu, 29 Desember 2012, bertempat di mushola desa Sungai Pangkua, Solok Selatan, dilakukanlah pemberian terapi psikososial yang ditujukan untuk 2 golongan umur penduduk, yaitu orang dewasa dan anak-anak. Hadir sekitar 40 orang dewasa dan 70 orang anak-anak menuju mushola untuk mendapatkan terapi psikososial yang akan diberikan.
Untuk orang dewasa dilakukan teknik terapi relaksasi yang pada saat itu dipandu oleh seorang anggota yang juga berpengalaman dan sudah pernah melakukan terapi ini sebelumnya kepada korban banjir bandang di Padang, pada Juli 2012 lalu.
Di luar mushola, tepatnya di halaman depan dilakukan pula pemberian terapi pada anak-anak. Anak-anak yang berjumlah sekitar 80 orang itu terlihat antusias dengan kegiatan yang diberikan. Kegiatan trauma healing pada anak-anak ini diawali dengan sesi diskusi dan menceritrakan pengalaman. Dengan embel-embel pemberian hadiah bagi anak-anak yang mau menceritakan sedikit pengalamannya dan bagaimana perasaannya setelah terjadinya banjir ini, maka anak-anak berebut untuk dapat maju kedepan dan bercerita kepada teman-temannya.
Satu persatu anak-anak bercerita dan ikut menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh kakak pembimbing terapi. Salah satunya Wahyu, kelas III SD bercerita bahwa pada saat terjadi banjir, ia sangat merasa terkejut karena air yang datang langsung merendam rumahnya hingga sebatas betis. Pada saat itu juga, setelah menyelamatkan beberapa barang berharga, wahyu bersama keluarganya langsung mengungsi ke rumah neneknya yang letaknya agak ke atas bukit.
Tak jauh berbeda dari pengalaman Yora, kelas II SD yang mengatakan pada saat itu ia sedang tidur, dan terkejut tiba-tiba air masuk kedalam rumahnya dan keluarganya langsung membangunkannya untuk dapat segera menuju rumah keluarga yang letaknya lebih tinggi. Setelah beberapa menit dihabiskan dengan bercerita pengalaman, tibalah saatnya pemberian terapi berupa kegiatan menggambar bersama. Seluruh anak-anak difasilitasi selembar kertas, pensil, penghapus dan crayon untuk mewarnai. Dsini mereka bebas mengekspresikan apa yang hendak digambarnya sesuai dengan perasaan yang mereka rasakan saat ini. Selama 3 jam kegiatan terapi pada anak-anak dilakukan, setelah mereka mengumpulkan seluruh hasil gambarnya, seluruh anak-anak dikumpulkan lagi untuk sama-sama menceritakan tentang apa makna dari gambar yang mereka buat. Beberapa anak maju kedepan dengan membawa hasil gambarnya, dan menceritakan makna dari gambar yang mereka buat. Hamper 80% anak-anak membuat gambar pemandangan alam, pegunungan, sawah, laut dan beberapanya lagi ada yang membuat gambar orang atau tokoh yang disebutnya ‘itu wajah temannya’.
Keadaan pada saat itu sungguh menyenangkan, ditambah lagi hiburan dengan memberikan hadiah bagi anak-anak yang berani bernyanyi dan berjoget didepan teman-temannya. Seolah-olah mereka lupa bahwasanya mereka adalah korban banjir didaerah tersebut. Setelah selesai acara hiburan dari mereka untuk mereka, maka acara di tutup dengan pembagian snack dan minuman dari penyelenggara kegiatan dan diakhiri dengan foto bersama.
Dari serangkaian kegiatan tersebut, banyak lagi hal yang perlu dievaluasi untuk kedepannya. Terutama pada persiapan. Persiapan alat pada terapi untuk anak-anak sangat tidak terkendali pada saat itu, anggota penyelenggara harus berulang kali membeli peralatan menggambar kepasar untuk mencukupi kebutuhan peserta anak-anak yang selalu bertambah setiap waktu hingga mencapai 80 orang padahal target awal adalah 30 orang.
Dari hasil terapi yang diberikan, hingga saat ini tidak ditemukan kasus yang mengindikasikan untuk dilakukan terapi lanjutan kepada korban bencana, baik orang dewasa maupun anak-anak. Pada orang dewasa, mereka lebih mampu mengungkapkan perasaan khawatirnya dibanding anak-anak. Namun dengan diskusi singkat dan terapi relaksasi yang diberikan, hasil evaluasi setelah pemberian terapi menyimpulkan bahwa kekhawatiran yang terjadi pada orang dewasa tersebut dapat terkendali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar