Setelah mengadakan penyuluhan kebencanaan dan masalah psikososial yang timbul dari bencana pada tanggal 12 Agustus 2012 pada masyarakat Kelurahan Limau Manis Kecamatan Pauh Padang, Kamis 04 Oktober 2012 Mapala Swara Nigtingale Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang bekerja sama dengan LSM Nusa Relief kembali melakukan kegiatan pada korban banjir bandang di daerah yang sama. Pada kesempatan ini dilakukan dua kegiatan sekaligus yaitu pemberian terapi relaksasi progresif untuk mengatasi kecemasan dan pengobatan gratis yang kegiatannya dipusatkan di Masjid Raya Limau Manis.
Pemberian terapi relaksasi progresif bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyararkat tentang bagaimana cara mengatasi kecemasan, terutama kecemasan yang diakibatkan oleh bencana. Dalam pelaksanaanya, materi terapi disampaikan oleh dosen spesialis keperawatan jiwa univeristas Andalas yang juga merupakan anggota luar biasa (ALB) Mapala Swara Nightingale Fakultas Keperawatan Unand, Ns. Ira Erwina, M.Kep, Sp. Kep. Jiwa.
Terapi relaksasi progresif merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan dengan merelaksasi pikiran dan otot yang dapat dilakukan kapanpun jika mengalami kecemasan baik dengan duduk ataupun berbaring. Hasil yang diharapkan adalah masyarakat dapat mengatasi kecemasan tidak hanya disebabkan oleh bencana tapi juga dalam keadaan lainnya sehingga masyrakat lebih siap secara mental dalam melakukan tindakan yang akan dilaksanakannnya dalam keadaan bencana.
Dasar dari pemberian terapi adalah hasil dari Asassment tim Nusa relif pada korban banjir bandan g tentang Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) seminggu setelah banjir bandang pertama (24 Juli 2012) dan beberapa laporan langsung saat penyuluhan tentang kebencanaan dan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Beberapa fakta yang didapat sangat memprihatinkan, berbagai masalah psikososial muncul, mulai dari perasaan cemas yang berkepanjangan, tegang, gelisah, menagis, ketakutan , waspada, kesulitan tidur, dan gejala lainnya sampai kepada pengalaman traumatic yang mendalam pada masyarakat. Temuan ini tidak bisa dianggap biasa, karena gejala yang ditunjukkan sudah mengarah kepada gejala PTSD yang harus di awasi dalam rentang waktu tertentu untuk dilakukan intervensi jika dalam waktu tersebut masih ditemukan tanda dan gejala yang sama.
Setelah selesai melaksanakan terapi, kegiatan dilanjutkan dengan pengobatan gratis. Kegiatan ini terlaksana berkat kerjasama Nusa Relief dengan Puskesmas Pauh sebagai bantuan tenaga dokter, PMI sebagai penyumbang obat obatan, dan Mapala Swara Ningtigale sendir sebagai tim pemeriksaan fisik (seperti tekanan darah, dan keluhan kesehatan) dan pendidikan kesehatan per individu. Selain sebagai penarik minat masyarakat untuk mengikuti kegiatan terapi relaksasi progresif, pengobatan gratis juga merupakan usulan dari beberapa peserta saat tim melakuanasassment dan penyuluhan kebencanaan pertama. Keluhan kesehatan dari peserta pengobatan berbeda-beda seperti ISPA, gangguan pada kulit, dan penyakit degneratif seperti hipertensi.
Antusiasme masyrakat Limau Manis dalam mengikuti kegiatan merupakan bukti secara implisit bahwa masyarakat masih membutuhkan bantuan dan dukungan dari luar dalam menghadapi masalah-masalah yang timbul pascabencana banjir bandang. Dua Kali melakukan kegiatan dimasyarakat korban banjir bandang dalam dua kali bencana yang sama yang terjadi dalam waktu berdekatan adalah salah satu bentuk kepedulian dan pengabdian dari Mapala Swara Nightingale terhadap bencana yang pada dasarnya telah mewujudkan salah satu dari Tri Dharma Perguruan Tinggi selain dari pendidikan dan penelitian.
Menyadari akan banyaknya masalah yang ditimbulkan pascabencana, maka pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih pada masalah psikososial. Karena berbicara akibat dari bencana tidak hanya berbicara tentang kerusakan sarana dan prasarana, kehilangan jiwa dan kerugian harta benda, tetapi juga berbicara tentang masalah kesehatan mental yang ditimbulkan akibat dari pengalaman traumatis dari bencana.
Pengalaman traumatik secara psikologis berati pengalaman mental yang luar biasa menyakitkan, melampaui ambang kemampuan rata-rata orang untuk menanggungnya. pengalaman traumatik bisa menyebabkan trauma fisik dan juga trauma psikis. bila trauma psikis tidak ditangani dengan baik dapat memperburuk kondisi korban dan menghambat pemulihan. Meskipun guncangan psikososial yang dialami sebagian besar masyarakat korban peristiwa traumatik bersifat sementara dan akan pulih secara alamiah dalam waktu singkat. gejala-gejala distress mental yang muncul seperti ketakutan, gangguan tidur, mimpi buruk, siaga berlebihan, panik, berduka dan sebagainya merupakan respon psikologik yang normal terhadap peristiwa yang sangat tidak normal perlu mendapatkan dukunangan dari berbagai pihak agar masyarakat dapat melewatinya dalam keadaan yang normal. Pemulihan trauma akibat bencana tidak berhenti dengan upaya tanggap darurat, selesainya rehabilitasi fisik maupun saat kehidupan sehari-hari berjalan kembali normal. justru karena situasi lingkungan sudah jelas dan teratur, ada moment dimana masyarakatingat kembali terjadinya peristiwa traumatik.
Hadirnya lembaga-lembaga NGO lokal, nasional bahkan internasional yang bergerak dalam penaggulangan dan mitigasi bencana selama ini belum bisa membuat masyarakat siap secara mental dalam menghadapi bencana. Hal ini dikarenakan belum maksimalnya program khusus dan sedikitnya NGO yang bergerak dalam bidang kesehatan mental pascabencana. Pemerintah sibuk dengan rehabilitasi dan rekonstruksi fisik tetapi rehabililitasi mental sering terlupakan. Pembuatan peta,tempat dan jalur evakuasi, penataan kota yang aman dari bencana, penyuluhan rumah tahan gempa adalah sebagian bentuk-bentuk program pemerintah dan NGO dalam bencana. Sangat jarang sekali kita mendengar adanya program yang berkaitan dengan kesehatan mental dalam menghadapi bencana. Bagaimana masyarakat akan mengikuti jalur evakuasi saat bencana sedangkan mereka diselimuti rasa panik tanpa tau harus berbuat apa dan mengungsi kemana. Oleh sebab itu, adanya program pemerintah yang makasimal dalam kesehatan mental psikososial akan sanagat membantu masyarakat siap menghadapi bencana secara fisik dan psikis.
Adanya LSM seperti Nusa Relief yang menjalin kerja sama dengan Mapala Swara Nigtigale Fakultas Keperawatan Unand dalam penaggulangan masalah psikososial bencana adalah salah satu bentuk penanggulangan bencana terhadap masalah psikososial. Dengan hadirnya lembaga ini semoga akan menjadi perhatian pemerintah baik dalam membantu pengembangan LSM maupun membuat kebijakan tentang peningkatan penanggulangan masalah psikososial pascabencana dimasyarakat.(//Deky)